Banda Aceh l AP-Ribuan umat islam di Aceh menggelar aksi protes dan jumpa pers yang dipusatkan di depan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Minggu, 2 April 2017.
Aksi unjuk rasa dalam rangka mengkampanyekan Panji Rasulullah yang selama ini sebagian orang menganggap bahwa panji Rasulullah adalah bendera ISIS dan teroris.
Unjuk rasa tersebut dihadiri kurang lebih 3.000 orang yang berasal dari 14 kabupaten /kota se-Aceh, yakni Kabupaten barat selatan, Aceh Singkil, Kota Subulussalam, Aceh Selatan, Nagan Raya, Abdiya, Meulaboh Aceh Barat, untuk wilayah timur adalah Kuala Simpang, Aceh Tamiang, Langsa, Lhokseumawe, Pidie Jaya, sedangkan wilayah tengah adalah Takengon, Benar Meriah, Gayo Lues serta Aceh Besar dan Banda Aceh
Penanggungjawab aksi, Ustaz Rochamat S Labib (Foto) mengatakan, salah satu persoalan besar yang dihadapi oleh umat Islam dewasa ini adalah rendahnya pemahaman atau pengetahuan umat akan Islam. Hal ini kata Ketua Umum Hizbur Tahrir Indonesia wilayah Aceh, membuat terdapat jarak sangat lebar antara Islam, di satu sisi dengan umat di sisi lain.
“Akibatnya, tidak sedikit umat Islam yang tidak mengenal, tidak paham bahkan merasa asing terhadap ajaran agamanya sendiri. Salah satunya terhadap simbol-simbol Islam seperti al Liwa dan ar Raya.” ujarnya.
Tambahnya, rendahnya pemahaman umat akan ajaran Islam tentu berdampak sangat serius. Sebutnya, umat bagaimana. akan mengamalkan ajaran agamanya bila ia sendiri tidak paham.
“Dan bagaimana kerahmatan Islam akan bisa dirasakan bila ajarannya tidak diamalkan. Bagaimana pula umat bisa diharap untuk berjuang bersama bila mereka tak paham apa yang harus diperjuangkan. Alih-alih mau berjuang bersama, yang terjadi sikap umat justru sebaliknya. Terhadap hal yang mestinya dijauhi malah didekati, mestinya ditinggalkan malah dikerjakan. Atau mestinya dibela malah dicerca. Mestinya dicinta, termasuk terhadap panji Rasulullah, malah dihina, dan seterusnya,” ungkapnya.
Dia juga memberitahukan, aksi Masirah Panji Rasulullah diadakah oleh Hizbut Tahrir Indonesia di 36 kota besar di seluruh Indonesia di sepanjang bulan April 2017, bertepatan dengan bulan Rajab 1438 H, tanggal 23 April 2017 mendatang sebagai medium untuk lebih mengenalkan simbol-simbol Islam bertempat di depan patung Kuda Jakarta Pusat, dalam hal ini al Liwa dan ar-Raya atau Panji Rasulullah, bersama dengan ide besar syariah dan khilafah, karena antara al Liwa dan ar Raya dengan syariah dan khilafah tidaklah dapat dipisahkan. Al Liwa dan ar Raya di masa lalu menjadi simbol keberadaan atau eksistensi khilafah dan persatuan umat.
“Tujuan kegiatan ini tak lain agar simbol-simbol dan ide-ide utama itu semakin dikenal secara luas oleh masyarakat, selanjutnya bisa dipahami, diterima dan diamalkan serta diperjuangkan sebagai jalan kebangkitan umat menuju terwujudnya Islam rahmatan lilalamin. Selain Masirah Panji Rasulullah dalam bentuk masirah long march atau pawai yang diakhirii dengan tabligh akbar, Hizbut Tahrir Indonesia juga mengadakan acara yang diberi mama International/ Indonesia Khilafah Forum. Forum ini merupakan sarana pertemuan antara keluarga besar HTI dengan Tokoh masyarakat dari berbagai kalangan untuk membangun kesehatian dan kesamaan persepsi tentang pentingnya merajut langkah bersama membangkitkan umat dan melakukan perubahan menuju kehidupan Islami yang dicita-citakan bersama,” sebutnya.
Ustaz Rochamat, menyampaikan bahwa, Ar raya adalah Panji Rasulullah, berwarna hitam, bertuliskan La Ilaha illa Allah Muhammad Raszulullah dengan warna putih. Sedangkan benderanya (liwa’nya) berwarna putih dengan tulisan warna hitam. Liwa dan Ar Raya adalah simbol eksistensi Islam baik di saat damai maupun perang, sedemikian penting simbol itu, sehingga para shahabat mempertahankannya dengan taruhan nyawa, sebagaimana terjadi dalam perang Mu’tah sebuah perang besar yang memperhadapkan antara pasukan Islam dan Romawi. Dalam perang itu, 3 shahabat yang mulia gugur.
“Berkenaan dengan acara Hizbut Tahrir Indonesia menyampaikan beberapa hal yaitu Menyerukan kepada seluruh umat Islam untuk mengenali dan mengenalkan al Liwa dan ar Raya dengan segala substansinya ini dengan baik, tanpa takut celaan orang orang yang suka mencela, dan tidak terpengaruh dengan propaganda buruk musuh – musuh Islam yang tak henti berusaha melenyapkan atau mencitraburukkan simbolsimbol itu. secara sungguh-sungguh mengamalkan syariat Islam dan berjuang bagi tegaknya syariah Islam di negeri ini. Serta secara sengaja menempatkan perjuangan penegakan syariah sebagai agenda utamanya. Sesungguhnya mengenalkan syariah dalam kehidupan pribadi dan menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara merupakan kewajiban setiap muslim dan merupakan realisasi dari ibadah kepada Allah SWT. Kedua mengundang masyarakat untuk hadir dalam acara itu, jadilah saksi bagi berkibarnya al Liwa dan ar Raya serta bergeloranya keinginan umat menuju terwujudnya kembali kehidupan Islam di bawah naungan Khilafah yang akan menerapkan syariah secara kaffah. Ketiga menyerukan kepada pemerintah untuk memandang acara ini sebagai bagian dari ekspresi dan aspirasi umat Islam yang dijamin oleh undang-undang serta mengajak aparat keamanan untuk mengamankan acara ini hingga bisa berlangsung dengan aman dan tertib,” pungkasnya. (Arifin)