Bioskop di Aceh Ditolak Ulama

oleh -165 views

Banda Aceh – Ulama Aceh menilai bioskop belum perlu di Tanah Rencong. Bioskop belum dinilai memberi sesuatu yang bermanfaat.

“Saya kira, siapa pun, di mana pun, tidak terkait apa pun. Kita di Aceh melihat bioskop tidak ada sesuatu yang manfaat, jadi saya rasa (di Aceh) tidak perlu dibangun bioskop,” kata Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Teungku Faisal Ali saat dikonfirmasi wartawan, Senin (6/1/2020).

Lem Faisal, sapaan akrabnya, menilai masih banyak hiburan lain di Aceh. Faisal juga menilai pernyataan Menteri Agama Fachrul Razi yang membandingkan Aceh dengan Jeddah soal bioskop tidak punya substansi.

“Jadi makanya saya kira tidak substansi Kementerian Agama membanding-bandingkan Aceh dengan Jeddah. Jadi kita di Aceh, belum tentu semua yang ada di daerah lain, negara lain, cocok dengan kita, belum tentu,” jelas Faisal.

Restu dari MPU Aceh ditunggu Pemerintah Kota (Pemkot) Banda Aceh soal membuka kembali bioskop di provinsi ujung barat Indonesia itu. Selain itu, Pemkot Aceh juga akan menggelar penelitian terlebih dulu soal keberadaan bioskop termasuk melihat penerapan bioskop di negara maju dan negara-negara Islam.

“Jadi nanti setelah itu kita sepakati juga dengan MPU. Kalau sifatnya mereka sudah oke, saya oke aja tidak ada masalah,” jelas Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman kepada wartawan di Balai Kota, Banda Aceh, Senin (6/1).

Saat ini, Serambi Mekah menjadi satu-satunya daerah di Indonesia yang tidak punya bioskop. Memang masih ada bangunan bioskop yang tersisa di Banda Aceh, seperti gedung Garuda Theatre yang berada di Jalan Imam Bonjol, Kampung Baru, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh.

Namun saat ini gedung tersebut sudah dialihfungsikan menjadi gedung Information Technology Learning Center (ITLC) Banda Aceh. Bioskop di Aceh ketika tsunami menerjang pada 26 Desember 2004 lalu. Namun, sebenarnya kejayaan bioskop di Banda Aceh berakhir ketika Aceh ditetapkan sebagai daerah darurat militer.

Dulu di Banda Aceh, ada beberapa bioskop seperti Pas 21 di lantai atas Pasar Atjeh, Gajah Theater di kawasan Simpang Lima, Bioskop Jelita di Beurawe serta Garuda Theatre di Jalan Imam Bonjol, Kampung Baru. Bioskop di Tanah Rencong seperti tempat lain yaitu memutarkan film terbaru serta penonton tidak dipisah.

Seorang warga, Rizal (40), berharap Pemkot Banda Aceh kembali membuka bioskop di ibukota Provinsi Aceh. Soalnya, selama ini banyak warga Aceh memilih menonton di luar Serambi Mekah.

“Kami berharap ada lagi bioskop. Konsepnya disesuaikan dengan syariat Islam. Konsep kita kembalikan ke pemerintah,” sebut Rizal.

Sebelumnya, Pemkot Banda Aceh mengaku akan membuat qanun (Perda) jika ada investor yang mau membangun bioskop di Kutaraja. Qanun yang dipersiapkan merujuk pada negara-negara Islam yang sudah memiliki bioskop seperti Brunei Darussalam dan Arab Saudi yang sudah duluan memiliki tempat nonton film-film tersebut.

Pemkot Banda Aceh ingin melihat perlakuan bioskop di negara lain sehingga nantinya menjadi rujukan jika membangun bioskop di Tanah Rencong. Hal itu agar bioskop yang dibangun tidak bertentangan dengan syariat Islam.

“Kalau nanti sudah ada wacana investor membangun bioskop kita sebelumnya menyiapkan qanun dulu. Jadi tidak mendahului,” kata Wali Kota Banda Aceh Aminullah(deco)