Peredaran Sabu di Perbatasan Aceh – Sumatera Utara Masih Marak

oleh -1167 Dilihat

“Saya pikir mustahil mereka [Institusi Hukum] tidak tahu. Bohong itu. Saya minta pihak penegakkan hukum lakukan investigasi terkait keberadaan gembong narkoba di wilayah perbatasan ini. Sebab cukup meresahkan dan menghancurkan peradaban generasi produktif,” sebut Buyung.

KUALASIMPANG | atjehdaily.id – Peredaran Narkoba jenis Sabu atau Metamfetamina [Metilamfetamina atau Desoksiefedrin] masih marak [terus saja berlanjut] meski pelaku utama EBG atau GTM pernah bolak balik masuk bui karena digerebek bersama barang bukti.

Sebaliknya EBG tidak pernah kapok dan seakan kebal hukum. Apa memang begitu?. Atau ada sindikasi dibalik maraknya peredaran Metamfetamina di wilayah perbatasan Aceh – Sumatera Utara.

BACA..  Tiga Pejabat Utama Polresta Banda Aceh Berganti

Buktinya keberadaan bisnis haram itu masih terus saja berjalan mencekokin dan menghancurkan masa depan generasi produktif dengan Metamfetamina.

Sebut saja Buyung 47 tahun warga perbatasan Aceh – Sumatera Utara mengatakan bahwa, sudah sejak lama warga di sekitar Desa di Perbatasan resah terhadap peredaran barang haram tersebut.

EBG dan krunya bebas melenggang, seperti tak tercium oleh Aparat Penegak Hukum (APH). Pada wilayah operasi berada dekat dengan pos APH.

BACA..  Ungkap Perdagangan Satwa Liar, Polisi Amankan Dua Pelaku di Aceh Besar

Buyung minta, institusi Kepolisian dan Badan Narkotika Nasional (BNN) jangan hanya diam, seakan semua berjalan baik-baik saja. Padahal peredaran Narkoba di wilayah tersebut sudah menggurita.

Dikatakan, EBG sudah bolak balik ditangkap, apakah mungkin institusi yang berwenang tidak mengetahui gerakan EBG dan anak buahnya?.

“Saya pikir mustahil mereka [Institusi Hukum] tidak tahu. Bohong itu. Saya minta pihak penegakkan hukum lakukan investigasi terkait keberadaan gembong narkoba di wilayah perbatasan ini. Sebab cukup meresahkan dan menghancurkan peradaban generasi produktif,” sebut Buyung.

BACA..  Tiga Pejabat Utama Polresta Banda Aceh Berganti

Data di lapangan menyebutkan, transaksi narkoba di perbatasan tidak memiliki waktu-waktu tertentu, kapan pun mereka terus bekerja untuk cuan haram tersebut.

EBG dalam praktiknya memakai dua atau tiga orang anak buahnya, yang siap pakai dari mulai menimbang per satu gram sampai mengedar serta menjaring mangsa baru.

Kiprah itu sudah sejak lama dilakoni EBG dan kru setianya. Anehnya, seperti terjadi pembiaran, atau ada unsur lain di balik track record dan rekam jejak EBG bersama komplotannya. Aneh saja. [Syawaluddin].