Wow, Masyarakat Abdya Tolak Investor PLTA Asal Tiongkok

oleh -393 Dilihat

Aksi masyarakat Kuala Batee menolak kehadiran Investor China yang akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air, Minggu 21 Febuari 2016. Foto: BNC
Aksi masyarakat Kuala Batee menolak kehadiran Investor China yang akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air, Minggu 21 Febuari 2016. Foto: BNC

Kuala Batee|AP-Tak semua masyarakat menyukai investor asing, contohnya di Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh. Ratusan masyarakat dari dua kemukiman di Kuala Batee, Abdya dengan tegas menolak proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang akan dibangun oleh Investor asal negeri Tiongkok. Penolakan tersebut diungkapkan mereka pada acara peresmian lokasi wisata Rekreasi Keluarga Islami di Ceuraceu, Krueng Batee, Minggu 21 Febuari 2016.

Acara yang diawali dengan pembacaan ayat suci Alquran surat Albaqarah yang dibacakan oleh bocah setempat Tengku Hendri turut mengkhitmatkan acara tersebut.

Selanjutnya ketua pengelola lokasi wisata AM Nasir menyebutkan, tujuan dari acara tersebut selain pencanangan lokasi wisata juga menolak dengan tegas kehadiran Investor Tiongkok yang akan membangun PLTA di daerah mereka. Mereka khawatir, kehadiran investor asing tersebut akan merusak alam dan adat istiadat yang selama ini mereka lestarikan.

“Kembangkan potensi sumber daya alam untuk tempat wisata alam bukan membangun PLTA yang akan menghancurkan sumber daya air yang selama ini digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti untuk air minum, MCK dan sumber pengairan pertanian padi,” ujarnya menjelaskan duduk persoalan.

Selain penolakan dari warga, aksi ini juga didukung oleh komunitas adat, perangkat gampong, kemukiman, dan tokoh masyarakat dan tokoh pemuda.

“Potensi alam yang indah sangat cocok untuk wisata bukan untuk dirusak. Taman wisata bukan tempat maksiat dan mari kita jauhkan konotasi negatif tersebut, bila ada ganjalan-ganjalan mari kita diskusikan supaya nanti lokasi ini dapat dikelola sesuai dengan adat istiadat kita,” ujarnya AM Nasir.

Menurut AM Nasir, sangat rugi bila potensi alam yang dikarunia Allah tidak dikelola dengan baik untuk tujuan kesejahteraan bersama.

“Jangan salahkan orang lain bila ada yang mengambil alih lokasi ini untuk tujuan tertentu yang merusak alam bila kita tak mau mengelolanya,” ingat AM Nasir lagi.

Terkait masih terjadi klaim lahan dan sengketa antar gampong, tokoh pemuda tersebut meminta pemerintah setempat untuk turun tangan sebelum konflik berdarah terjadi.

“Jangan sampai nanti terjadi pro kontra dalam pengelolaan tempat rekreasi ini. Jangan buat kebingungan dalam masyarakat, jangan buat mereka apatis dlam pembangunan,” harap AM Nasir.

Imuem Mukim Krueng Batee Sofyan B ikut memberi sambutan, ia mengharapkan kepada anggota DPR Aceh untuk tetap memperjuangkan aspirasi masyarakat Krueng Batee khususnya dan Abdya umumnya terutama soal penolakan PLTA.

“Kami dengan tegas menolak Investor China di Krueng Batee, apa kalian setuju?” tanya Imuem Mukim itu dan disahuti para pemuda, “setuju”.

Imuem Mukim Krueng Batee menegaskan, masyarakat sudah bertekad untuk menolak pembangunan PLTA yang dibangun oleh Investor Tiongkok di desa mereka.

“Alam kita sangat indah, bila kita kelola dengan baik bukan mustahil lokasi ini bakal lebih indah dari lokasi wisata lainnya,” ujar Sofyan B.

Diakhir kata sambutannya, Imuem Mukim Krueng Batee mengajak seluruh hadirin untuk bertekad menjaga lokasi wisata tersebut dari perbuatan maksiat.

“Kita akan buat aturan yang ketat, mari kita jaga sama-sama supaya lokasi wisata ini bermanfaat bagi kita semua,” tekadnya.

Sementara Seniman Aceh Tengku Muda Balia melalui hikayatnya menyampaikan pesan moral yang sangat dalam bagi para hadirin yang didominasi penduduk kemukiman Krueng Batee dan Sikabu itu.

“Jangan jual negeri ini untuk orang luar, jangan mundur dari serangan musuh dan jangan mudah untuk disogok serta jangan mencari musuh dan takabur namun bila musuh datang pantang lari,” begitulah kira-kira pesan yang disampaikan Muda Balia yang memukau penonton.

Sementara dalam kata sambutannya, anggota DPR Aceh asal Abdya Tengku Khalidi siap mendukung aksi penolakan terhadap lokasi PLTA. Menurutnya aksi tersebut bukan menolak program pemerintah tapi untuk menjaga dan melindungi kerusakan alam yang telah dititipkan sang pencipta untuk warga setempat.

“Tujuan kita menolak namunsemata-mata demi melindungi sumber daya alam dari pencemaran. Ini satu-satunya sumber air bagi masyarakat disini,” ujarnya.

Tengku Khalidi menjelaskan, persoalan izin lahan untuk investor asing di Krueng Batee telah lama ia tentang melalui media massa.

“Ini penzaliman masyarakat bukan membangun daerah,” ujarnya.

Tengku Khalidi ikut berbagi informasi, PLTA di Sumatera Utara telah dikunjunginya dan dia melihat limbah dari PLTA tersebut sangat tidak layak untuk dibuang ditengah-tengah masyarakat.

“Air bekas putaran baling-baling tersebut sangat keruh, jangankan untuk minum untuk mandi saja tubuh kita gatal-gatal, apalagi untuk mengaliri sawah,” bebernya sebagai bahan pertimbangan masyarakat bila nanti PLTA tersebut jadi dibangun di lokasi sumber air satu-satunya di Krueng Batee.

Dia juga berharap, aksi penolakan ini jangan sampai dirusak oleh oknum-oknum bermental pengkhianat.

“Jangan ada yang bermental Pang Tibang, menjual negeri untuk orang asing. Krisis listrik rakyat masih bisa hidup namun bila krisis air kehidupan akan terganggu, rakyat tak bisa hidup tanpa air bersih,” katanya.

Dia juga memberi apresiasi terhadap upaya masyarakat setempat membuka lokasi wisata rekreasi keluarga menggunakan prinsip-prinsip Islami.

“Di negeri luar seperti Turky, Yaman dan negeri Islam lainnya banyak dibuka lokasi wisata, dan ramai pengunjungnya tapi disana pengelolanya membangun fasilitas ibadah dan menjaga ketertiban. Kok disini lokasi wisata konotasinya negatif karena pengelolaannya tidak becus. Untuk apa ada Satpol PP, jangan cuma numpuk di kantor saja, Sabtu Minggu turunkan mereka ke lokasi wisata,” sarannya.

Selain itu, negara-negara maju tidak lagi mengandalkan pendapatannya dari sektor sumber daya alam, mereka sudah mengelola sektor pariwisata untuk sumber pendapatan utama mereka.

“Jangan cuma tahu jual tanah dan harap dari APBK, padahal PAD dari sektor wisata bukan sedikit,” kritisi anggota dewan ini terhadap sikap pemerintahan selama ini.

Anggota Komisi VII ini mengingatkan pemerintah agar jangan sering memberi janji-janji palsu penuh kedustaan.

“Pemerintah jangan suka meniup isu serba gratis. Kedepan pemerintah harus memikirkan bagaimana supaya masyarakat sejahtera dan sanggup membayar biaya listrik,” ujarnya. “Bangun ekonomi rakyat,” sambungnya lagi.

Selain penolakan terhadap pembangunan PLTA oleh Investor Tiongkok, anggota dewan yang berlatar belakang kombatan Gerakan Aceh Merdeka ini juga menyinggung soal maraknya pemberian HGU terhadap penguasaha luar.

“Hentikan dan cabut HGU-HGU yang tidak menguntungkan rakyat, jangan buat rakyat jadi budak di negerinya sendiri. Cabut HGU dan lahan tersebut bagi untuk rakyat miskin,” desak Tengku Khalidi.

Dia juga sangat menyesalkan kawan-kawannya sesama wakil rakyat. Wakil rakyat hanya tahu dan bersuara saat masa pemilihan saja.

“Kemana wakil rakyat, kok saat rakyat melarat mereka tidak kelihatan,” sindirnya sambil mengakhiri kata sambutannya.

Rapat Penolakan pembangunan PLTA oleh Investor Tiongkok dan Peusijuek Lokasi Wisata Taman Rekreasi Keluarga Islami di Kemukiman Krueng Batee, Kuala Batee, Aceh Barat Daya tersebut turut dihadiri Imuem Mukim Krueng Batee Sofyan B, perwakilan Mukim Sikabu M Ali, Ketua Imuem Mukim Abdya, Seniman Aceh Tgk Muda Balia, Anggota DPR Aceh Tgk Khalidi, Babinsa Koramil Kuala Batee Serda Syarifuddin, tokoh pemuda dan tokoh masyrarakat serta puluhan warga Kuala Batee baik laki-laki maupun perempuan.

Perwakilan masyarakat tersebut berasal dari dua kemukiman. Utusan Kemukiman Krueng Batee berasal dari Gampong Krueng Batee, Alue Pisang, Ie Mameh, Lama Tuha, Keudee Baroh, Lhok Gajah, Rumoh Panyang, Drien Beureumbang. Sedangkan dari kemukiman Sikabu utusan dari Gampong Muka Blang, Krueng Geuleumpang, Alue Padee, Blang Panyang dan Gampong Teungeh.
Kegiatan tersebut dipusatkan di lokasi Wisata Keluarga Islami Gampong Drien Beureumbang, Kemukiman Krueng Batee, Kuala Batee, Abdya.. [TM]