ACEH BESAR | AP – Tokoh Yahudi Amerika Serikat, Rabbi David N. Saperstein dan Wakil Gubernur Aceh sekaligus Ketua Umum Partai Aceh, Muzakir Manaf, makan siang bersama dengan menu ‘kuah sie kameng’ di Rumah Makan Hasan 2, Krueng Cut, Baitussalam, Aceh Besar, Selasa, 25 Oktober 2016.
Usai itu, insiden itu tak lain dan tak bukan, penyerahan bendera bintang bulan yang sangat dilarang oleh Pemerintah Republik Indonesia meskipun qanun tentang bendera telah disahkan oleh DPR Aceh beberapa tahun lalu. Bagi Partai Aceh, bendera bintang bulan adalah harga mati yang harus diperjuangkan sampai kapanpun.
“Design Bendera Aceh, bintang bulan harga mati,” tegas Ketua Komisi I DPR Aceh, Abdullah Saleh, SH, Minggu 22 November 2015 silam meyakinkan massa PA dan kelompok eks kombatan Aceh.
Meskipun harga mati bagi partai lokal berwarna dominan merah itu, tidak bagi Rabbi David N. Saperstein. Kejadian penyerahan bendera bulan bintang itu baginya bukan tujuan dari kedatangannya ke Aceh.
“Terkait dengan penyerahan bendera Bintang Bulan, yang tadi dibentangkan itu, kami betul -betul tidak tahu, apa bendera ini ada hubungannya dengan isu pilkada ini, ataupun isu-isu domestik Indonesia,” tegas Rabbi David N. Saperstein melalui staf penerjemah dari Konsulat AS di Medan, Rahma,.
Rabbi David N. Saperstein kembali menegaskan bahwa dia sama sekali tidak ikut campur dengan urusan domestik Indonesia (politik), dan betul -betul menaruh rasa hormat kepada Pemerintah Indonesia.
“Kami kesini untuk belajar dari Pemerintah Indonesia. Seandainya tadi tahu bahwa bendera itu akan dibentangkan dan ini tidak tepat, maka kami tidak mau. Kami menerima hadiah yang tidak tepat maka kami tidak akan mau, dan hadiah ini kita anggap budaya, kita ingin hormat dengan Indonesia makanya kami mau menerima bendera tersebut,” ujar tokoh Yahudi penuh kecewa.
Bagi Rabbi David N. Saperstein, pertemuan dengan tokoh-tokoh formal dan informal Aceh untuk berdiskusi langsung dengan mereka terkait persoalan yang paling utama yakni Syariat Islam yang memberlakukan hukuman cambuk dan konteks beragama lainnya di Aceh.
“Kita ingin memastikan agar publik tidak salah persepsi, kita tidak mendukung salah satu kandidat. Kunjungan ini merupakan rangkaian pertemuan kita dengan lembaga pemerintah dan tujuannya memang betul -betul bisa mempelajari kebebasan beragama Internasional yang diterapkan juga di Indonesia,” tegas Rabbi David N. Saperstein menjelaskan hubungannya dengan kelompok Muzakir Manaf.
Pada acara jamuan makan siang itu, Muzakir Manaf turut didampingi tokoh-tokoh KPA lainnya seperti Abu Razak, Mukhlis Abee dan Jamaika.[BNC]