Milad GAM tinggal beberapa hari lagi. Para mantan kombatan GAM yang ada diberbagai kalangan baik di eksekutif maupun di legislatif sudah terlihat mulai sibuk mempersiapkan segala kebutuhan yang akan diperlukan untuk memperingati hari ulang tahun GAM yang jatuh pada tanggal 4 Desember .
Saya sebagai orang Ace menyatakan dengan tegas bahwa peringatan Milad GAM tidak perlu lagi dirayakan seperti era konflik dulu. Karena pasca MoU Helsinky yang ditandatangani bersama pada Tanggal 15 Agustus 2005 silam, semua sudah sepakat, membangun Aceh dalam bingkai NKRI.
Namun dapat dijadikan sebagai catatan sejarah saja, sejarah pahit telah diakhiri, tidak perlu diwariskan kepada generasi muda. Apa yang dapat diambil hikmahnya dari Peringatan Milad? itu hanya dapat membangkitkan rasa kebencian pada generasi muda yang akan datang, apalagi yang menjadi korbannya adalah masyarakat Aceh itu sendiri. Sampai tujuh keturunan rasa dendam akan terus mengalir.
Peringatan Milad sama artinya memperingati hari pemberontakan, apa yang dibanggakan dari peristiwa ini, saya rasa tidak ada seorangpun masyarakat Aceh merasa bangga mempunyai predikat sebagai pemberontak. Sebagai orang tua tidak akan bangga mempunyai anak pemberontak atau sebaliknya sebagai anak tidak akan merasa bangga mempunyai orang tua sebagai pemberontak demikian pula sebagai istri, untuk apa harus diperingati semestinya sejarah buruk tidak perlu diwariskan lagi tetapi dibenam dalam – dalam sehingga tidak terulang lagi pada generasi muda mendatang, cukuplah pengalaman pahit ini sampai di sini saja.
Seharusnya mereka punya rasa malu terhadap masyarakat bukan sebaliknya justru merasa bangga. Mereka tidak sadar bahwa dana yang digunakan untuk peringatan Milad GAM adalah bagian dari darah masyarakat yang dijadikan korbannya. Kepedihan keluarga korban yang masih tersimpan mengakibatkan antipati terhadap mereka hingga saat ini, hanya tidak berani diucapkan dan tidak berani memperlihatan, kalaupun ada yang berbaik hati kepada mereka itu hanya sebagai upaya penyelamatan diri saja. Namun sayang kebaikan tersebut disalah artikan oleh mereka, sehingga mereka merasa bangga dan menganggap dirinya sebagai pejuang. Padahal hanyalah mencari kehidupan dengan mengatasnakan pejuang.
Dukungan yang diberikan oleh masyarakat kepada mereka pada pemilu legislatif dan pemilukada pada periode yang lalu janganlah dijadikan tolak ukur bahwa masyarakat mendukung mereka. Dukungan suara yang diberikan oleh masyarakat bukan murni dari hati masyarakat, itu diberikan karena terpaksa, karena takut ancaman, intimidasi dan teror.
Mereka tidak tahu bahwa dihadapan mereka masyarakat memuji tetapi dibelakang mereka mengecam dan mencaci maki, inilah sebenarnya yang harus diketahui oleh mereka yang selama ini mengaku pejuang. Oleh karena itu untuk menghilangkan imagge negative di masyarakat pada masa lalu sebaiknya peringatan milad ditiadakan. Sehingga lambat laun immage negativ tersebut akan semakin hilang. Namun bila mereka tetap mengadakan peringatan Milad maka image negativ akan teringat sampai kepada anak cucunya dan bagi masyarakat yang bukan bagian dari mantan kombatan sebaiknya tidak ikut ikutan hadir agar tidak digolongkan bagian dari kelompok mereka.
Inilah yang bisa saya sampaikan kepada masyarakat agar kehidupan kedepan lebih baik dari yang sekarang , oleh karena itu saya minta tolong agar tulisan ini di sebarluaskan ke masyarakat untuk kebaikan kita bersama .terimakasih.
*Penulis M Hidayat. [Aktivis Masyarakat Peduli Nanggroe Aceh]