Sosok pria muda yang pernah bercita cita jadi diplomat ini kini menjadi salah satu senator Aceh di Senayan. Tahun 2014, dengan penuh percaya diri maju di Pileg 2014 dan terpilih menjadi anggota DPD RI/ MPR RI mewakili Aceh dengan suara terbanyak, dia lah tokoh muda Aceh yang vokal di Senayan, Fachrul Razi, MIP.
Sudah menjalani 2 tahun setengah di DPD RI, dirinya juga sering muncul di media cetak dan media nasional dalam mewakili DPD RI di pentas Parlemen Internasional. Meskipun usianya masih muda, dirinya sering dipercaya sebagai pimpinan Delegasi DPD RI dalam melakukan kunjungan kerjasama antar Parlemen. Bahkan diawal pelantikan dirinya, langsung terpilih menjadi Peserta APPF (23 Asia Pacific Parliamentary Forum) tahun 2015 di Ecuador.
Saat ini dirinya dipercaya sebagai Wakil Ketua Komite I DPD RI yang telah menjabat 3 Periode ber turut turut, karena memang jabatan ini dipilih setiap tahun. Komite I membidangi masalah Pemerintahan, Politik, Hukum, HAM, Desa, Kominfo, Agraria dan Tata Ruang. Dirinya juga menjadi Anggota Badan Kerja sama Antar Parlemen yang membidangi Kerjasama luar negeri dan Kerjasama Antar Parlemen Di Dunia.
Fachrul Razi, MIP dilahirkan di Aceh tanggal 6 Juni 1980. Di usia muda, dirinya dipercaya sebagai Senator DPD RI asal Aceh dengan suara tertinggi mewakili Aceh. Dirinya aktif sebagai pembicara baik di dalam negeri maupun luar negeri. Telah diundang di 25 Negara. Dan pada Tahun 2013, pernah menjadi Pembicara di United Nations (UN) di Geneve, Swiss dan petitioner di General Assembly di United Nations, di Newyork – Amerika Serikat tahun 2014.
Senator Fachrul Razi juga pernah diundang sebagai salah satu narasumber oleh Asian Muslim Action Network (AMAN) dan Peace Information Center, Thammasat University yang berbasis di Bangkok Thailand. Acara berlangsung pada tanggal 30-31 Juli 2016 di Institute International Peace and Development School, Nonh Chok Thailand.
Dirinya berhasil melaksanakan Pelatihan/Seminar Leadership dan Entrepreneur yang diikuti Lebih dari 10.000 Mahasiswa dan Pemuda di Aceh. Pada Tanggal 26 Dsember 2016 Berhasil memberikan The Frazi Award kepada Tokoh tokoh muda berbakat.
Dia juga mendirikan berbagai Lembaga entrepreneur bagi Anak muda di Aceh, serta lembaga pengembangan kharakter dan leadership. Serta Mendirikan Rumoh Bahasa-International Language School, yang mengajarkan 10 Bahasa Asing secara gratis Di Aceh.
Tidak berhenti di situ, dia juga mendirikan 5 Sekolah Aktivis Sosial dengan nama Sekolah PAKAR. Dan Mendirikan Lembaga Dayah Modern di Bireuen yang diperuntukkan kepada Anak Anak Yatim Piatu dan Korban Konflik.
Alumni S1 dan S2 Ilmu Politik UI ini, saat ini juga menyandang kandidat Doktor Ilmu Politik S3 di UI. Alhamdulillah, dia hingga saat ini di DPD RI masih dipercaya sebagai Wakil Ketua Komite I DPD RI. Dan aktif memimpin delegasi DPD RI di dalam dan luar negeri. Meskipun cita cita nya sebagai Diplomat tidak terwujud, namun dalam politik, aktivitas diplomatik, juga dapat dirasakan olehnya.
Dirinya juga terlibat sebagi tim utusan DPD RI dengan beberapa rombongan DPD RI melakukan kunjungan utama ke Kantor (IPU) Inter Parliamentary Union) yang berbasis di Geneve Swiss. Dalam rangka keterlibatan DPD RI di Forum Internasional.
Sebagai Tim yang mewakili DPD RI, dirinya juga melakukan kunjungan nya ke Eropa Swiss juga dalam rangka membangun kerja sama peningkatan kapasitas petani coklat dan peternakan.
“Kita perlu meningkatkan capacity building para petani di Aceh dan beberapa wilayah. Kami sempat mengunjungi pabrik pengolahan coklat dan susu, “ ungkapnya. Kunjungan ini dilakukannya sejak dari tanggal 29 Hingga 6 Juni 2016 tahun lalu.
Awal tahun 2017, dirinya memimpin delegasi Komite I dalam rangka mempelajari Sistem Anti Korupsi dan Etika Pejabat Negara di New Zealand (Selandia Baru). Dalam kunjungan Komite I DPD RI tersebut dilakukan Kerja Sama dengan Parlemen Selandia Baru.
Komite I DPD RI melaksanakan kunjungan dan kerja sama dengan Parlemen Selandia Baru (New Zealand) terkait penguatan Sistem Anti Korupsi dan Etika Pejabat Negara yang menjadi Fokus penting dalam penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang Etika Penyelenggara Negara dalam rangka penyusuan RUU inisiatif DPD RI di Wellington, Selandia Baru dari tanggal 26-4 Maret 2016.
“Kita pelajari bagaimana anti korupsi dan integritas Pejabat Negara di New Zealand karena New Zealand negara paling nol korupsinya,” kata Wakil Ketua Komite I DPD RI, Fachrul Razi MIP.
Senator Fachrul Razi mengatakan bahwa sebanyak 3 tim dari anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI sebagai tim fokus melakukan pendalaman materi dari draft RUU yang dipimpinnya. Rombongan delegasi ini terdiri dari delapan nama senator yang melakukan kunjungan ke Selandia Baru antara lain Fachrul Razi, Wakil Ketua Komite I DPD RI dari Dapil Aceh, Ahmad Kanedi dari Dapil Bengkulu, Syarif dari Dapil Lampung, Muhammad Mawardi dari Dapil Kalimantan Tengah, Syafrudin Atasoge dari Dapil NTT, Abdul Qodir Amir Hartono dari Dapil Jawa Timur, Nurmawati Dewi Bantilan dari Dapil Sulawesi Tengah dan Intsiawati Ayus dari Dapil Riau.
Pada bulan maret 2017, kembali dirinya terpilih dalam mewakili BKSP DPD RI melakukan kunjungan ke Asia Timur, Negara Polandia dengan Ibukota Warsawa. Negara berbendera Putih Merah ini memiliki sejarah dan panorama yang luar biasa. Sebagai anggota Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSP) DPD RI, dirinya beserta rombongan BKSP DPD RI melakukan pertemuan dengan Senat Polandia pada tanggal 20-25 Maret 2017 di Kantor Senat Polandia.
Dalam pertemuan tersebut, Senator Fachrul Razi, MIP mempresentasikan dan mengkampanyekan potensi Pulau Sabang dan Pulau Simeulue yang saat ini memiliki potensi pariwisata dan pantai yang sangat luar biasa. Bukan hanya bidang pariwisata, namun juga potensi Sumber Daya Alam di Sabang dan Simeulue yang sangat luar biasa.
Sabang menurutnya merupakan pintu gerbang terdepan wilayah barat bagi Indonesia. Jika benar benar Indonesia serius, maka Sabang akan menjadi pusat transit di Asia Tenggara jika Terusan Kra di Thailand akan dibuka, tentunya Sabang akan menjadi pusat Transit antara penghubung Laut Cina Selatan dengan Samudera Hindia.
“Potensi ekonomi politik maritim dunia ini harus kita manfaatkan, jelas Fachrul Razi,” ujarnya.
Sebelumnya, Tahun 2015, Fachrul Razi juga mengkampanyekan Sabang dan Simeulue di Parlemen Rusia, Perlemen Romania dan Parlemen Belarusia pada saat dilakukan kerja sama antara DPD RI dengan Parlemen di 3 negara tersebut.
Promosi Sabang Dan Simeulue di Senat Polandia
Pulau Sabang merupakan pulau paling barat di Aceh. Wisatawan Eropa dan dari mancanegara sangat tertarik dengan sabang, kapal-kapal pesiar besar berlabuh dan menurunkan wisatawan di sabang.
Menurut Fachrul Razi, Sabang secara historis memang dikenal karena pelabuhannya. Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, Teluk Sabang telah melayani kapal-kapal besar dari benua Eropa, Afrika, dan Asia. Pemerintah kolonial Belanda melihat potensi Sabang. Bahkan menurut nya pada Tahun 1881, Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Kolen Station di Teluk Sabang yang terkenal dengan pelabuhan alamnya.
Fachrul Razi, MIP mengatakan penting baginya mengkampanyekan Sabang dan Pulau Simeulue, bagi siapa saja yang melakukan kunjungan keluar negeri, menurutnya perkembangan pariwisata Sabang dan Simeulue tidak berkembang sebagaimana layaknya kawasan wisata lain di Indonesia. Misalkan Sabang, Fachrul Razi mengatakan padahal Undang-undang Nomor 37 tahun 2000 tentang Penetapan Sabang menjadi Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas di wilayah Indonesia Bagian Barat, telah memberi kesempatan kebebasan bagi perkembangan kawasan wisata setempat. Rendahnya promosi yang dilakukan Pemda menjadi salah satu faktor terkendalanya perkembangan pariwisata. Demikian juga insfrastruktur dan fasilitas wisata yang masih belum akomodatif sehingga wisatawan masih terbatas. Oleh karena itu, dirinya memperkenalkan Sabang dan Simeulue sebagai destinasi wisata yang aman dan nyaman bagi warga Eropa khususnya Eropa Tengah dan Eropa Timur.
Sabang memiliki luas 156,3 km² dengan puncak tertinggi 617 meter di atas permukaan air laut. Ujung barat negeri Indonesia ini merupakan salah satu potensi wisata yang memiliki daya tarik yang mendunia. Untuk mencapai sabang kita dapat menempuh perjalanan dengan langsung menggunakan penerbangan dari kota Medan atau juga dari Aceh yang terlebih dahulu menyeberang dengan kapal. Penerbangan langsung hanya dari Bandar udara Kualanamu, Medan dengan menggunakan maskapai Garuda Indonesia.
Menurut Fachrul Razi, Sabang memiliki potensi pasca damainya RI dan GAM tahun 2005. Setahun setelah perjanjian Helsinki pada 15 Agustus 2005, lahirlah UU Pemerintah Aceh (UU PA No. 11 Tahun 2006) yang salah satu isi pentingnya adalah pengamanatan pengembangan kawasan kepada BPKS. Pada 2006 Gubernur Aceh mengeluarkan keputusan tentang bisnis plan kawasan yang memuat visi misi BPKS, strategi pengembangan, periode pengembangan, dan banyak hal penting lainnya. Aturan hukum ini merupakan potensi investasi yang aman secara hukum bagi investor yang akan masuk ke Sabang, tegas Fachrul Razi.
Fachrul Razi mengatakan selain Sabang memiliki potensi Pariwisata, Sabang juga memiliki potensi dalam pengembangan Kawasan Sabang sebagai International hub Port dan Transhipment. Kesiapan Sabang sebagai vocal point kawasan maritim di Aceh yang juga sejalan dengan konsep poros maritim atau marine transportation connectivity. Fachrul Razi memaparkan potensi Kawasan Sabang dimasa yang akan datang sebagai destinasi yang direncanakan sebagai pelabuhan berkelas internasional dan transhipment (alih kapal).
Selain Sabang, Senator Fachrul Razi, MIP juga mengkampanyekan potensi Simeulue. Selain memiliki wisata alam dan pantai yang luar biasa, senator Fachrul Razi mengatakan bahwa di Simeulue telah ditemukan cadangan migas yang amat besar perairan timur laut Pulau Simeulue, Aceh. Bahkan diperkirakan yang terbesar didunia, yakni 320,79 miliar barel. Artinya, menurut Fachrul Razi, Simeulue berpotensi sebagai Pulau terkaya di Indonesia di masa yang akan datang jika bener bener potensi ini dimanfaat untuk rakyat Simeulue dan Rakyat Aceh.
Promosi Kopi Gayo Aceh
Selain mengkampanyekan Sabang dan Simeulue, dalam kunjungan nya beberapa dari tahun 2015 sampai 2017 ke Eropa antara lain Perancis, Swiss, Swedia, Rusia, Belarusia, Romania dan Polandia. Sebagai anggota DPD RI yang membidangi kerja sama Parlemen Dunia dan Hubungan Internasional, Senator Fachrul Razi juga mengkampanyekan kualitas Kopi Gayo Aceh yang saat ini memiliki produksi yang tinggi di wilayah tinggi tanah Gayo.
Perkebunan Kopi yang telah dikembangkan di daerah tinggi tanah gayo ini tumbuh subur di Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah. Kedua daerah yang berada di ketinggian 1200 m dari permukaan laut tersebut memiliki perkebunan kopi terluas di Indonesia yaitu dengan luas sekitar 81.000 ha. Masing-masing 42.000 ha berada di Kabupaten Bener Meriah dan selebihnya 39.000 ha di Kabupaten Aceh Tengah.
Pengembangan Kopi Gayo Aceh dapat dilakukan oleh rakyat Aceh sendiri tanpa harus hilang identatitas aslinya. Selama ini nama kopi gayo berubaha menjadi nama lain setelah di jual via medan dan Padang. Bahkan menurut Fachrul Razi, saat ini masih ada yang berkantor di Medan dan Padang. Perusahaan-perusahaan ini merupakan pemasok kopi ke pasar dunia, seperti Starbucks, Paul dan pasar fair trade. Kopi berasal dari Gayo namun yang punya nama adalah perusahaan luar atau daerah luar Aceh. Dirinya berharap kedepan rakyat Aceh dapat bangkit dengan potensi Kopi Gayo yang dapat dikelola sendiri dengan pasar ke Negara Negara di Eropa. Demikian juga dengan potensi Sabang dan Simelue yang merupakan potensi investasi Aceh masa depan. Menurut Fachrul Razi, Jika kedepan Aceh Gemilang, Indonesia akan bangkit dan menjadi Negara yang makmur. (*)